+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

TABIR TERBELAH

TABIR TERBELAH

Tuhan Allah menetapkan Harun dan suku Lewi dikhususkan untuk mengurus Kemah Suci (Bilangan 17-18), dan setelah orang Israel masuk ke Tanah Kanaan, orang Lewi tidak mendapatkan jatah tanah, melainkan tempat tinggalnya disebarkan ke seluruh 12 suku, dengan maksud orang Lewi dapat memimpin ibadah orang-orang Israel secara turun temurun. Jadi jabatan orang Lewi khususnya sebagai Imam Besar merupakan jabatan eksklusif tidak bisa digantikan oleh suku lain.

Sejak pembentukan Kerajaan Israel dengan raja pertama Saul, ada tiga pucuk pimpinan, yakni Raja, Imam dan Nabi. Raja Kerajaan Yehuda setelah Saul kemudian dialihkan Tuhan ke Daud dari suku Yehuda turun temurun, sedangkan Kerajaan Israel yang memisahkan diri dari Yehuda rajanya bisa berganti suku. Demikian juga para nabi, bisa dari segala kalangan dan suku, namun jabatan sebagai Imam Besar tetap dipegang oleh suku Lewi.

Pernah Raja Saul lancang terhadap Samuel dan membuat mezbah korban bakaran sendiri, Samuel memandang hal ini sebagai pendurhakaan, dan Tuhan mengangkat Daud dari suku Yehuda menjadi raja. Demikian juga ketika Yerobeam menjadi raja Kerajaan Israel Utara, dia dengan ceroboh mengangkat imam-imam dari kalangan rakyat (1 Raja-raja 13), tujuannya agar kedudukan raja lebih tinggi dari imam yang memimpin ibadah.

Orang Lewi menjabat sebagai imam turun temurun dari zaman Harun, hingga Kerajaan Yehuda ditaklukkan Nebukadnezar dan rakyatnya diangkut ke Babilonia, namun di tempat pembuangan 70 tahun ternyata tetap ada imam yang dijabat orang Lewi. Bahkan dari zaman kembalinya orang Yahudi ke Israel, lalu zaman gelap tidak ada Firman Tuhan selama 400 tahun, pergantian Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru, hingga zaman Yesus disalib ternyata tetap ada jabatan Imam Besar, orang Farisi dan Saduki yang semuanya dari suku Lewi. Akhir orang Lewi menggenggam jabatan sebagai imam yakni saat Yerusalem dan Bait Allah dihancurkan total oleh pasukan Romawi di bawah Jenderal Titus pada tahun 70 Masehi.

Sejarah jabatan Imam Besar dimulai ketika Harun menjabat (1446 SM) hingga kehancuran Yerusalam (70M) – 1500 tahun lebih, total ada 77 generasi. Generasi Imam Harun hingga Imam Yadua 29 generasi, generasi Imam Onias I hingga Imam Antigonus ada 19 generasi, generasi Imam Ananelus hingga Imam Pinehas 29 generasi. Jadi jabatan sebagai Imam Besar turun termurun hingga 1.500 tahun, semua dicatat di Alkitab PL dan PB, juga dicatat oleh ahli Sejarah Yahudi Flavius Yosefus (tahun 37-100 Masehi). Saudara bisa membaca informasi di atas di buku seri Sejarah Penebusan yang ditulis oleh Pdt. Abraham Park D.Min. D.D.

Di dalam Bait Suci ada ruangan khusus yang hanya boleh dimasuki oleh Imam Besar disebut Ruang Maha Suci, orang lain tidak boleh masuk, dan ada batas tirai tebal atau tabir yang digantung dari plafon hingga ke tanah. Karena hanya Imam Besar yang boleh masuk, di jubahnya ada bel kecil yang berbunyi kalau dia bergerak di dalam Ruang Maha Suci dan ada tali keluar dari bajunya. Kalau tidak ada suara, pembantunya di luar akan menarik-narik tali. Jika masih tidak ada suara, misalkan si Imam Besar kena serangan jantung dan meninggal, maka jenazah akan ditarik keluar dengan tali yang disambungkan ke bajunya. Jadi ruang Maha Suci sangat sakral dan orang pun takut masuk.

Ketika Yesus disalib dan saat menyerahkan nyawa, tabir Bait Suci yang di Yerusalem terbelah menjadi dua dari atas ke bawah (Matius 27:51), sekat pemisah ruang Maha Suci tidak ada lagi, karena Kristus sudah menggantikan posisi Imam Besar dalam memimpin ibadah kepada Tuhan. Imam Besar yang menyampaikan segala permohonan rakyat ke Tuhan digantikan oleh Kristus, dan darah-Nya yang dicurahkan di kayu salib menggantikan darah korban bakaran.

Saudara, dalam rangka menghayati peristiwa Jumat Agung, mari kita merenungkan  Surat Ibrani 9:11-28. Bacaan kita pada hari ini mengajarkan bahwa ibadah yang sempurna adalah ibadah di mana Tuhan Yesus Kristus melayani sebagai Imam Besar Agung di Kemah Suci yang ada di surga (Ayat 11). Ia mengurbankan diri-Nya untuk memberi pendamaian kekal bagi semua umat-Nya dan melayakkan kita untuk masuk ke Rumah Allah yang abadi, yaitu surga (Ayat 12-14).

Penulis Surat Ibrani mengajak kita untuk mengenali karya Kristus sebagai Pengantara, yaitu membawakan perjanjian yang baru. Dari perjanjian inilah, tersedia penebusan dan keselamatan bagi kita (Ayat 15). Hukum Taurat mengajarkan bahwa pengampunan dosa diberikan melalui pengurbanan, yakni penumpahan darah; dan karya salib Kristus menuntaskan tuntutan tersebut (Ayat 18-23).

Saudara, sesungguhnya ibadah merupakan sebuah persekutuan,   setiap umat Allah diundang untuk memasuki hadirat Allah dan menyatakan bakti (pelayanan) mereka kepada Allah. Kristus adalah Pemimpin Ibadah kita yang tertinggi dan kita diundang untuk mengikut-Nya.  Ibadah merupakan tempat untuk menikmati anugerah-Nya dengan penuh pujian dan syukur, bukan pamer diri atau hiburan saja. (Surhert).

Leave a Reply