+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

KALAU SUDAH BERCERAI, SIAPA YANG SALAH?

KALAU SUDAH BERCERAI, SIAPA YANG SALAH?

Saudara, terus terang, aku lupa kalau ditanya darimana aku mendapatkan “Approach Theory” yang ternyata manjur diterapkan bagi pasangan muda yang ingin membina keluarga hingga di hari tua, bukan manjur-jur 100% tapi minimal bisa dijadikan guidance di masa pacaran.

Approach Theory tentang hubungan pemuda Aliong dan pemudi Aling agar bisa beranak cucu “sampai maut memisahkan mereka” disarankan sebagai berikut:

Approach atau pendekatan pertama, yakni tingkatan basa basi, good manners, courtesy, politeness. Awal hubungan Aliong dan Aling dimulai dari omong-omong ringan ngalor ngidul saat ketemu beli pizza di mall. Bisa saling melihat orang yang diajak ngomong ini apakah punya tata krama yang baik, apakah perilakunya sopan atau kasar atau ramah.

Approach atau pendekatan kedua yakni personal data, mulai menukar data tentang keluarga, saudara, asal-usul orangtuanya, dari etnik atau suku apa, rumahnya dimana, dan seterusnya. Pendekatan kedua bisa berjalan kalau kedua belah pihak ada nice feeling di tingkatan pertama.

Approach atau pendekatan ketiga yakni mulai ngomong soal hobby, personal interest, dan apakah bisa playing together. Aliong jadi sales rokok dan usai kerja suka me-time di coffee shop, dan Aling di pagi hari membantu orangtuanya jualan di Gang Baru dan punya hobby beli baju-baju baru untuk tampil di medsos. Nah mesti dipikir lebih jauh, apakah Aliong dan Aling bisa mengikuti atau mengendalikan hobby calon pasangannya?

Approach atau pendekatan keempat yakni mulai memikirkan view, thinking, opinion, judgment. Aliong tahu bahwa Aling penganut kepercayaan di rumah ibadah di perempatan Gang Gambiran dan Sebandaran, apakah mau diajak ke gereja yang di jalan Pemuda? Apakah Aliong kalau diajak ngomong Aling bisa mengimbangi, karena Aling alumni akunting dan Aliong lulusan teknik kimia? Juga mesti mengenal opini masing-masing pihak gimana, apalagi jika mengomentari suatu peristiwa, seperti adanya banjir berkepanjangan di daerah Demak dan Kudus,  siapa yang salah, dan seterusnya.

Approach atau pendekatan kelima, yang paling puncak, yakni affect, sense, sensation, sentiment atau disebut tingkat perasaan. Aling menangis semalaman saat menunggu papanya di rumah sakit yang mendadak stroke, nah adakah simpati dari Aliong? Atau pas adiknya Aliong mendapatkan beasiswa masuk NUS Singapore bayar hanya 30%, nah bagaimana reaksi Aling, suka atau nyinyir?

Di tingkatan kelima ini seharusnya belum ada hubungan seksual antara Aliong dan Aling, masing-masing tetap bertekad menjaga kesucian hingga lewat hari pernikahan. Ini sangat bagus, karena kalau sudah hubungan seksual lebih dulu, ya akan muncul perasaan yang lain lagi karena sudah menyangkut kepercayaan dan harga diri, apalagi kalau sampai hamil duluan ….

Nyatanya hubungan Aliong dan Aling tetap mulus hingga tingkatan kelima, meskipun bukan perfect dan bahkan sering diwarnai pertengkaran hebat saat kedua belah pihak menguji approachnya. Tapi akhirnya Aling mau dibaptis di gereja, dan keduanya sepakat ikut bimbingan pernikahan di gereja, lalu lanjut diberkati pernikahannya di gereja dan ada perjamuan sederhana mengundang sanak keluarga dan handai taulan. Aliong dan Aling dapat menikmati menimang cucu, hingga Aliong suatu ketika dipanggil pulang ke Rumah Bapa.

Beda dengan Anik yang tergila-gila pada Anyong – mamanya asal Seoul pinggiran, dan Anyong juara vokal kontes ndangdut di stasiun TV. Anik follow IG dan tiktok Anyong, komunikasi sebentar via medsos dan mudah jatuh cinta, apalagi Anik wajahnya photogenic dan tampilan modern. Nikah besar-besaran diliput media, eh enam bulan kemudian pisah ranjang, lalu benar-benar pisah surat kawin. 

Yah, Anik kenal Anyong masih di tingkatan basa-basi dan sedikit mengenal data pribadi, lalu mengobral cinta menyerahkan tubuhnya ke Anyong yang jadi pujaan hati, sementara buat Anyong ada puluhan perempuan yang antre mau bersamanya. Bahkan kalau Anda ingat beberapa tahun lalu ada artis yang mendendangkan lagu “Alamat Palsu” sepertinya hanya candaan, namun ternyata kejadian beneran dan alamat rumah si calon suami ternyata palsu.

Approach Theory yang aku dapatkan mungkin sudah 40 tahun yang lalu, tapi kalau menganalisa mengapa banyak pernikahan yang jarang hingga kaken-ninen, setidaknya ada tahap pendekatan yang masih belum matang namun dilangkahi atau diterabas dengan alasan nanti lihat perkembangannya atau opo jarene.

Jika Saudara bisa melewati lima tahapan, jangan yakin jika Saudara punya jargon kemampuan bisa melakukannya sendiri. Bagaimanapun Saudara dalam setiap langkah dan tahapan harus minta petunjuk Tuhan agar mata hati tidak dibutakan dan bisa melihat jalan yang benar. 

Raja Daud bersaksi: “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” (Mazmur 119:105). Daud mengibaratkan firman Tuhan sebagai penuntun hidupnya. Ia menggunakan firman Tuhan sebagai pelita tidak untuk menyoroti hidup orang lain, tapi dirinya sendiri. 

Daud tidak melupakan firman Tuhan dalam kegelapan hidupnya, tetapi justru menggunakannya sebagai terang agar dia bisa dipulihkan kembali. Dia juga sadar bahwa Tuhan adalah penolongnya, yang tidak akan membiarkannya sendiri.

Mari belajar dari Daud yang menggunakan firman Tuhan sebagai terang untuk melihat kedalaman hatinya dan terus berpengharapan kepada  Tuhan. Saudaraku, terang sangat diperlukan dalam keadaan gelap, sehingga tidak tersesat ke jalan yang salah. Terang sangat dibutuhkan untuk menerangi hati dan pikiran kita sehingga menolong kita tidak gegabah dalam mengambil keputusan, terutama yang berkaitan dengan keutuhan keluarga kita. (Surhert).

Leave a Reply