+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

BIARKAN SAJA

BIARKAN SAJA

Saudaraku, akhir-akhir ini seringkali kita melihat bagaimana manusia saling menghakimi dengan cara yang demonstratif. Manusia makin keras bersikap dengan sesamanya yang dianggap tidak sesuai dengan apa yang diyakini. Mari renungkan Matius 13: 23-30.

Orang yang melakukan tugas yang sama selama bertahun-tahun akan memiliki kepekaan terhadap apa yang dilakukannya.  Demikian juga para perkerja ladang gandum yang tahu benar bahwa ada yang tidak beres di ladang tuannya.  Sabotase.  Bayangkan saja sang tuan sudah susah payah menabur gandum, namun ternyata diantara gandum itu muncul tumbuhan Lalang.  

Memang pada zaman Yesus sudah lazim ditemui orang jahat yang hendak menghancurkan pemilik kebun gandum dengan cara menaburkan Lalang di ladang gandumnya saat sang pemilik lengah.  Tentu saja ini sangat merugikan karena panen gandum akan gagal dan penghasilan akan menurun.  Para buruh ladang gandum menyampaikan respons terhadap situasi ini sesuai dengan kapasitasnya.  

Sikap mereka adalah berempati dan menawarkan solusi yang cepat untuk mengatasi masalah.   Mereka ingin segera menyelesaikan masalah dengan cara mencabut lalang selagi masih belum terlambat.  Sebagai pekerja yang berpengalaman tentunya mereka tahu betapa repotnya mereka harus memisahkan lalang dan gandum pada saat panen tiba.  Itu adalah pekerjaan yang membosankan.  

Namun jawaban si pemilik ladang itu berbeda dengan keinginan para buruh.  Pemilik ladang berkata, ”Biarkan saja.  Nanti akan tiba waktunya untuk menyelesaikan masalah.”  Ini membuat para buruh ladang harus menarik diri dari keinginan menuntaskan masalah dengan cara mereka.  Pemilik ladang jelas tidak mau rugi dengan mencabut lalang karena membuat mereka bisa gagal panen total dan para buruh harus menerima keputusan tersebut.

Sebagai bawahan Tuhan Yesus, kita akan bersikap sama seperti para buruh itu yaitu ingin menyelesaikan masalah secepatnya, apalagi bila berkaitan dengan kebenaran Firman Tuhan.  Misalkan ada seseorang yang melakukan penyimpangan dalam iman, rasanya ingin sekali segera menyelesaikan dan membenahi seakan kita adalah Tuhan yang layak menilai seseorang.  

Namun hal yang penting dan harus diingat adalah bagaimana sikap Sang Pemilik Ladang.  Saat Ia berkata,”Biarkan saja. Nanti ada waktunya.” maka pekerja harus menahan diri dan terus bekerja dalam kebenaran walau melihat penyimpangan orang lain di tempat yang sama.  Semua hasrat menghakimi harus ditahan.  Pekerja harus fokus sampai pada akhir masa tugasnya hingga masa penuaian tiba.

Masihkah kita merasa layak menjadi hakim dan menggantikan peran Tuhan dalam permasalahan yang menyangkut sesama?  Tuhan punya waktu dan cara yang tepat untuk mengurus ladang-Nya dan memberlakukan tuaian-Nya.  Tugas kita sebagai pekerja adalah berfokus pada tugas kita supaya tuaian dapat dituai tepat waktu dengan hasil maksimal.  Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)

Leave a Reply