+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

The Burning of Jeremiah Prophecy Book

The Burning of Jeremiah Prophecy Book

MENOLAK FIRMAN PENGHAKIMAN. Tuhan selalu ingin mempunyai umat yang mengikuti jalan-Nya, dan karena itu Dia selalu berfirman kepada umat milik kepunyaan-Nya.  Memang firman Tuhan tidak selalu menyenangkan hati manusia, yaitu ketika manusia berlaku tidak benar kepada-Nya, bahkan melawan-Nya.

Sayangnya karakter manusia berdosa justru hanya senang mendengar kata-kata manis, tetapi tidak suka mendengar kata-kata penghakiman, meskipun Tuhan yang menyatakannya. 

Bahkan orang percaya juga sering kali hanya mau mendengarkan firman yang menyenangkan hati mereka, lalu menolak mendengar firman yang menegur dan mengadili mereka.

Kita harus sadar bahwa menolak untuk mendengar bukan berarti penghakiman tidak akan datang. Bahkan, yang mungkin terjadi adalah penghakiman akan diberikan dengan lebih berat jika kita masih terus menolak kesempatan untuk bertobat yang Tuhan bukakan. Kita harus sadar: jika Tuhan masih mau menegur, itu tandanya Tuhan masih bersabar dan membuka kesempatan bagi kita.

Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yeremia dengan topik: The Burning of Jeremiah Prophecy Book (Pembakaran Kitab Nubuatan Yeremia). Bacaan Sabda diambil dari Yeremia 32:1-32. Sahabat, mulai pasal 36 sampai 45, catatan kitab Yeremia ini berbentuk sepenuhnya narasi sejarah yang memuncak pada kehancuran Yerusalem dan bait Allahnya (pasal 39). Lalu dilanjutkan kemudian dengan peristiwa-peristiwa sesudahnya. Yang unik dari kumpulan ini yaitu Barukh sebagai sekretaris Yeremia muncul di pasal 36 dan muncul kembali di pasal 45.

Dalam bacaan kita pada hari ini, kita bertemu dengan kondisi keagamaan Yerusalem dan penduduknya, serta para pemimpinnya. Bisa dikatakan mereka religius karena melaksanakan puasa bersama (ayat 9). Namun kerohanian mereka sebenarnya kosong, sekadar ritual belaka. Ini terbukti dari sikap raja terhadap firman yang disampaikan oleh Yeremia, yang ditulis dan dibacakan oleh Barukh di bait Allah.

Padahal berita firman membuka kesempatan untuk bertobat sebelum murka Allah dinyatakan kepada mereka (ayat 3 dan 7). Baik raja maupun para pegawainya bukan hanya mengabaikan kebenaran firman Tuhan itu. Malahan raja Yoyakim dengan berani MEROBEK dan MEMBAKAR gulungan firman itu TANPA RASA BERSALAH sedikit pun (ayat 23-24).

Sahabat, sikap terang-terangan Yoyakim mewakili sikap penduduk Yerusalem yang bebal terhadap nubuat Yeremia yang terus dikumandangkan dan dibacakan kepada mereka. Mereka telah memutuskan untuk menolak ancaman Tuhan mengenai penghukuman, apalagi untuk bertobat. Maka di dalam catatan penutup pasal 36 ini, Yeremia kembali diperintahkan membacakan firman Tuhan (ayat 28) dan Barukh menuliskannya lagi (ayat 32). Ini menjadi sebuah kepastian bahwa penghukuman tidak akan dibatalkan. Yoyakim dan pengikut-pengikutnya akan menerima hukumannya (ayat 30-31).

Bagaimanakah respons kita terhadap firman Tuhan? Apakah kita menyambut firman itu dan memberi diri kita untuk dididik dalam kebenaran? Ataukah kita mengabaikannya? RESPONS kita menentukan PERTUMBUHAN IMAN kita. Haleluya! Tuhan itu baik.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
1.Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
2.Apa yang Sahabat pahami tentang firman Penghakiman?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Menanggapi firman Tuhan dengan benar adalah dasar dari pertumbuhan iman. (pg).

Leave a Reply