+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

SHARPER and FEELINGLESS

SHARPER and FEELINGLESS

KEKERASAN VERBAL. Apa itu? Kekerasan verbal adalah penggunaan kata-kata yang tajam dan menyakitkan untuk menyerang seseorang. Kekerasan verbal dapat terjadi dimana saja, baik di lingkungan kerja, lingkungan rumah, tempat ibadah, sesama rekan sejawat, pemimpin dengan staff-staffnya, maupun kedua orangtua terhadap anaknya. Kekerasan verbal tentu bukanlah hal yang dapat dimaklumi dan dinormalisasi dalam kehidupan, sekalipun hal itu bertujuan untuk mengingatkan atau menasihati di mata sebagian orang.

Kekerasan verbal (Verbal Abuse) adalah setiap ucapan yang ditujukan kepada seseorang yang mungkin dianggap merendahkan, tidak sopan, menghina, mengintimidasi, rasis, seksis, homofobik, diskriminasi, atau menghujat. Termasuk membuat pernyataan sarkastis, menggunakan nada suara yang merendahkan atau menggunakan keakraban yang berlebihan dan tidak diinginkan. Kekerasan verbal dapat dilakukan dalam bentuk memarahi, memaki, mengomel, dan membentak secara berlebihan, termasuk mengeluarkan kata-kata yang tidak patut diucapkan.

Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: “SHARPER and FEELINGLESS  (SEMAKIN TAJAM dan TANPA PERASAAN)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 15:1-35. Sahabat, Ayub 15 mengawali ronde kedua dialog Ayub dan ketiga sahabatnya. Sementara Ayub bersikukuh bahwa dirinya tidak melakukan kesalahan yang membuatnya pantas mengalami penderitaan yang tengah ia alami. Namun ketiga sahabatnya tak kalah gigih berpendapat bahwa ia pasti bersalah sehingga pantas menerima penderitaan.

Pandangan Elifas dalam bacaan kita pada hari ini secara gamblang menggambarkan ide tentang KARMA yang dipercayai banyak orang: Orang baik hidup senang, sedangkan orang jahat menderita. Di sini kita melihat bahwa kepercayaan pada karma mempunyai dua wajah. Pertama, di hadapan karma mustahil ada anugerah. Kedua, karma membuat orang menjatuhkan vonis kepada mereka yang sesungguhnya tengah membutuhkan uluran tangan tanpa kemungkinan naik banding.

Sahabat, perhatikan perkataan Elifas kepada Ayub yang dimulai dengan KESOMBONGAN dan EJEKAN, lalu menyalahkan dan menganggap Ayub sebagai pembual (ayat 2-6). Perhatikan pertanyaan-pertanyaan SINDIRAN Elifas yang sangat TENDENSIUS (ayat 7-9). Secara kasar dan tanpa perasaan, Elifas menginterogasi seorang yang sedang terguncang dan hancur akibat penderitaan (ayat 11-16).

Ia mengingatkan nasib orang-orang jahat. Ia dan sahabat-sahabatnya tidak terkejut menyaksikan apa yang menimpa Ayub karena mereka beranggapan bahwa penyebab malapetaka adalah karena Ayub melawan Allah. Kesimpulan Elifas adalah bahwa Ayub mengalami apa yang pantas dia alami (ayat :21-35). Mungkin tanpa dia sadari bahwa Elifas telah melakukan KEKERASAN VERBAL.

Gaya komunikasi Elifas biasa dilakukan oleh mereka yang CENDERUNG KASAR  dan KURANG BERPERASAAN. Walaupun mungkin tidak selalu sebrutal Elifas, setidaknya gaya berkomunikasi seperti Elifas ini sangat menyudutkan.  Charles Swindoll menyebut orang-orang yang melontarkan kata-kata yang tak berbelaskasihan itu sebagai orang–orang yang TIDAK MEMILIKI KASIH KARUNIA.

Sahabat, hindari dan buang jauh-jauh kekerasan verbal karena selain menyakiti perasaan orang lain, perkataan seperti itu tidak sesuai dengan gaya hidup orang percaya  yang penuh kasih karunia Allah.  KEMBANGKANLAH KASIH KARUNIA SECARA VERBAL,  yaitu menggunakan kata-kata berempati dan turut merasakan apa yang dirasakan orang-orang yang kurang beruntung. Jadilah sahabat doa bagi mereka. Jadilah pendamping bagi mereka. Berikanlah bahumu untuk menjadi sandaran mereka. Haleluya! Tuhan itu baik.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaam kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 27-35?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Allah menggunakan kisah Ayub untuk menunjukkan bahwa kesuksesan hidup bukan indikator kebaikan atau kejahatannya. Waspadalah, jangan sampai Sahabat  mengabaikan anugerah Tuhan. (pg)

Leave a Reply