+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

COMFORTING not INSULTING

COMFORTING not INSULTING

PENGHIBUR. Kami sangat bersyukur kepada Tuhan, karena kami mempunyai tetangga yang lebih senior daripada kami, seorang Ibu janda, umurnya sekitar 84 tahun. Dia mempunyai kepekaan yang luar biasa terhadap kebutuhan sesamanya. Dalam hidupnya dia berprinsip: “Kalau bisa menjadi PENOLONG bagi mereka  yang sedang membutuhkan, minimal dia tidak mendatangkan kesusahan bagi sesama.”

Dia mengajak kami untuk menjadi PENGHIBUR dengan cara menjadi pendamping dan pendoa bagi tetangga dan teman-teman yang sedang sakit, sedang berduka,  dan atau sedang menghadapi masalah yang cukup pelik.

Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: “COMFORTING not INSULTING (MENGHIBUR bukan MENGHINA)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub 21:1-34. Sahabat, bacaan kita pada hari ini oleh LAI diberi judul: Pendapat Ayub, bahwa kemujuran orang fasik kelihatannya tahan lama. Ayub 21 merupakan tanggapan Ayub terhadap pendapat Zofar dalam Ayub 20.

Kekesalan Ayub terhadap pendapat Zofar dalam pasal 20 terlihat dari jawaban Ayub: “Dengarkan apa yang akan kukatakan; hanya itu yang kuminta sebagai penghiburan. Izinkanlah aku ganti bicara, setelah itu boleh lagi kamu menghina!” (ayat 1-3 – BIS). Jelas bahwa Ayub memandang nasihat Zofar dan kawan-kawannya, yang menganggap Ayub sebagai orang fasik, sebagai penghinaan.

Dalam jawabannya, Ayub juga menguraikan tentang orang fasik, tetapi dari sisi lain, yaitu bahwa ada orang fasik yang sukses dan bahagia (ayat 7-13). Itu merupakan bukti  bahwa seseorang tergolong sebagai orang fasik atau bukan tidak terletak pada kesuksesan atau kegagalannya, melainkan pada sikapnya terhadap Allah. Orang fasik adalah orang yang mengabaikan Allah karena mereka tidak merasa memerlukan Allah, dan Ayub dengan tegas mengatakan bahwa dia tidak demikian! (ayat 14-16).

Sahabat, bila perkataan Ayub tentang orang fasik dibandingkan dengan pendapat teman-temannya, jelas bahwa Ayub lebih faktual. Ayub tidak sekadar menentang pendapat teman-temannya karena Ayub juga mengakui kemungkinan bahwa orang  orang fasik bisa langsung mendapat hukuman Tuhan (ayat 17-21).

Ayub mengemukakan bahwa ada orang fasik yang mati dalam keadaan bahagia, tetapi ada pula orang fasik yang mati dalam keadaan menderita (ayat 23-24). Karena pendapat teman-teman Ayub tidak sesuai dengan kenyataan dan menimbulkan kesan dipaksakan agar bisa dipakai untuk menyerang, maka nasihat teman-teman Ayub itu tidak menghasilkan penghiburan (ayat 34).

Sahabat, jika ingin menjadi berkat, sebaiknya jangan memaksakan pendapat kita tanpa mempertimbangkan fakta. Jangan menempatkan diri kita dalam posisi lebih tinggi daripada orang yang hendak kita hibur. Kita harus memberi nasihat dalam posisi sebagai seorang pendamping dan sahabat.

Kita perlu berupaya maksimal  memberikan telinga kita untuk mendengar keluhan
mereka. Kita perlu dengan rela menyediakan bahu tempat menangis dan tangan untuk memeluk mereka. Di tengah kompleksitas hidup, Tuhan memanggil kita untuk MENGHIBUR bukan MENGHINA. Biarlah kehadiran kita menjadi saluran anugerah dan penghiburan Tuhan bagi orang-orang di sekitar kita. Haleluya! Tuhan itu baik.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 16?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Sebagai orang yang dibenarkan oleh karya Kristus, mari kita tetap dan terus menjaga iman percaya kita kepada Tuhan. (pg).

Leave a Reply