+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

PENGHARAPAN: Sehelai Daun Zaitun

PENGHARAPAN: Sehelai Daun Zaitun

Saya sering mengirimkan qoute: “Terus jaga HARAPAN, sekecil apa pun. Mukjizat dapat terjadi setiap saat” kepada Sahabat yang sedang sakit. Saya belajar dari pengalaman nabi Elia, awan  kecil sebesar telapak tangan bagi nabi Elia merupakan sinyal pengharapan hujan akan turun (1 Raja-raja 18:44).

Sahabat, bagi penumpang kapal karam yang terdampar di pulau terpencil, raungan helikopter adalah sinyal pengharapan. Bagi pelaut yang sedang digempur dan bertempur dengan ganasnya ombak laut di malam hari, kelap-kelip cahaya mercusuar adalah sinyal pengharapan. Bagi orangtua yang hidupnya selalu dililit oleh kemiskinan, anak berprestasi di sekolah adalah sinyal pengharapan. Bagi Nuh, sehelai daun  Zaitun merupakan sinyal  pengharapan bumi akan segera kering.

Untuk lebih memahami topik tentang: “PENGHARAPAN: Sehelai Daud Zaitun”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 8:1-22, dengan penekanan pada ayat 11. Sahabat, hujan telah berhenti. Allah mengingat untuk menolong Nuh (ayat 1). Allah meniupkan angin hingga air mulai surut (ayat 1).

Dengan agak rinci dituturkan proses catatan waktu keluarnya Nuh dari bahtera. Untuk mengetahui keadaan, Nuh melepas burung gagak (ayat 7). Selanjutnya dilepaskan burung merpati sebanyak 2 kali (ayat 8 dan 10). Akhirnya mereka keluar dan bersyukur dengan memberikan persembahan yang harum kepada Allah (ayat 21). Tuhan pun berjanji tidak akan membinasakan bumi lagi dengan Air Bah (ayat 21).

Pemulihan yang Allah lakukan mengingatkan kita pada cerita penciptaan. Angin yang dihembuskan Allah (ayat 1) senada dengan Roh Allah yang melayang-layang (Kejadian  1:2). Perintah untuk berkembang biak dan bertambah banyak (ayat 17) tampaknya mengulangi perintah Allah yang sama saat menciptakan manusia (Kejadian  1:28). Pemulihan lewat Air Bah ini boleh dikatakan menjadi cerita penciptaan ulang.

Sahabat, melalui seekor merpati yang dilepaskan oleh Nuh, Allah mengirim sinyal pengharapan (ayat 11), Zaitun itu tanaman bandel, mudah tumbuh dan tak mudah dibunuh. Jadi, begitu ada tanah kering lekas tumbuhlah ia. Sehelai daun segarnya di paruh merpati mengabarkan kepada Nuh, ada sinyal pengharapan akan sebuah kehidupan lagi.

Sahabat, di sekeliling kita mungkin ada orang yang hidupnya seperti dikepung oleh masalah, kesukaran, dan kebuntuan yang melumpuhkan. Sinyal pengharapanlah yang mereka butuhkan. Sebab tanpanya, tak tersisa kekuatan untuk bertahan dan melanjutkan langkah ke depan.

Mungkin itu sekadar berupa: Ucapan berhikmat. Kunjungan bersahabat. Kiriman pesan atau doa pembangkit semangat. Selipan amplop berbagi berkat. Referensi atau rekomendasi ke alamat yang tepat, dan sebagainya. Siapa tahu, kebaikan sederhana kita mampu memberi sinyal pengharapan bagi mereka.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Bagaimana pemahamanmu tentang: Sehelai daun Zaitun dapat menjadi sinyal pengharapan bagi Nuh? (Ayat 11)
  2. Apa yang mendorong Nuh memberikan persembahan bakaran kepada Allah? (Ayat 20)
  3. Bagaimana respons Allah terhadap persembahan bakaran dari Nuh? (Ayat 21-22)

Selamat sejenak merenung. Ingatlah: Tindakan memberi sinyal pengharapan kepada sesama yang menantikannya adalah karya Tuhan. (pg).

Leave a Reply