+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

CERITAKAN dari GENERASI ke GENERASI

CERITAKAN dari GENERASI ke GENERASI

Sahabat, banyak orangtua yang menjalani kehidupan sebagai orang percaya sangat baik. Mereka rajin ke gereja, mendukung dan terlibat dalam berbagai kegiatan pelayanan, serta peka terhadap kebutuhan orang lain. Tetapi di sisi lain, mereka membiarkan anak-anak mereka menjalani kehidupan yang sangat berbeda dengan apa yang mereka imani. Atas nama demokrasi dalam keluarga, mereka membiarkan anak-anak mereka mencari jalannya sendiri, asalkan tidak melakukan perbuatan kriminal. Mereka tidak mengajarkan tentang iman mereka kepada anak-anaknya. Mereka tidak menceritakan pengalaman hidup mereka bersama Tuhan dari hari ke hari.

Untuk lebih memahami topik tentang “CERITAKAN dari Generasi ke Generasi”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Yoel 1:2-12. Dalam bacaan kita pada hari ini, Yoel mengingatkan seluruh generasi Israel, untuk memerhatikan apakah kekacauan yang terjadi saat itu pernah dialami pada zaman leluhur mereka (ayat 2-3). Apakah yang terjadi saat itu? Suatu kengerian besar yang pernah mereka alami akibat tulah belalang digambarkan secara jelas di sini (ayat 4). Ketika bencana itu terulang kembali, tidak seorang pun menyangkanya, baik orang yang sadar maupun orang yang mabuk oleh anggur (ayat 5-7). Semua orang secara pribadi merasakan duka karena bencana itu tidak menyisakan apa pun, termasuk apa yang ada di rumah Allah (ayat 6-9). Bencana itu menghantam semua orang, termasuk para pemilik ladang yang berjerih payah menanami ladangnya. Pada waktu itu, tanah sebagai simbol berkat berubah menjadi kutukan karena tidak ada apa pun yang dihasilkannya (ayat 10-12).

Di masa Nabi Yoel, wabah belalang yang mengerikan merusak negeri Israel sebagai tanda penghukuman dan murka Allah atas ketidaksetiaan mereka. Kawanan belalang itu memakan habis tanaman mereka, sehingga bencana kelaparan menimpa mereka. Namun sebenarnya, Tuhan tidak ingin membinasakan mereka. Dia ingin mereka kembali kepada-Nya. Dia memerintahkan agar umat-Nya menceritakan kisah itu kepada anak-anak mereka, demikian juga kepada generasi-generasi yang kemudian, agar mereka belajar menghormati Tuhan serta tetap setia kepada-Nya.

Dalam Perjanjian Baru, setiap orang percaya juga diberi tanggung jawab untuk memberitakan perbuatan-perbuatan Allah kepada orang lain (1 Petrus 2:9). Tentunya kita tidak memaksakan kehendak kepada mereka, melainkan memberitakan dengan kasih. Ini termasuk kepada anak-anak kita secara jasmani. Bahkan jangkauannya lebih luas lagi, yakni kepada semua orang. Sebab Tuhan ingin Dia dikenal bukan hanya oleh satu generasi, melainkan sepanjang masa, dari generasi ke generasi.

Sahabat, kita ini makhluk pembelajar, jadi bisa belajar dari apa saja bahkan dari bencana sekali pun. Kendati bukan berwujud hama belalang, negeri kita akhir-akhir ini tak sepi dari bencana. Seruan Yoel untuk bangun dan meratap mengajak kita untuk memaknai bencana atau krisis atau masalah di negara dan keluarga kita  dengan doa dan keprihatinan seraya bertanya, “Apa suara Tuhan yang hendak diperdengarkan buat bangsa dan keluarga kita?” Kiranya kita belajar untuk peka mendengar suara Tuhan dari balik bencana atau krisis  yang terjadi.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, coba ingat-ingat pernahkan Sahabat menceritakan pengalaman hidupmu bersama Tuhan kepada anak cucu atau orang-orang yang lebih muda? Kalau pernah, tolong bagikan salah satu pengalamanmu. Selamat sejenak merenung. Tuhan memberkati. (pg)

Leave a Reply