+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

MENJADI KEPANJANGAN TANGAN TUHAN

MENJADI KEPANJANGAN TANGAN TUHAN

Selamat jumpa para Pendukung Kristus, apa kabar? Salam sehat dan kompak-kompak selalu. Semoga di hari ini kita masih tetap bisa bersyukur. Masih bisa merasakan kasih dan campur tangan Tuhan dalam kehidupan kita.

Kalau Tuhan masih membuka kesempatan bagi kita untuk menikmati hidup di dunia sampai hari ini, tentu Ia mempunyai maksud dan tujuan. Salah satu tujuan-Nya, supaya kita mau menjadi kepanjangan tangan dan kaki-Nya untuk menolong saudara-saudara kita yang saat ini sedang menanti-nantinya uluran tangan-Nya. Tuhan rindu, kita mau mendengar panggilan-Nya. Ia memanggil kita untuk menjadi berkat dan kesaksian bagi orang lain, bukan lagi hidup untuk diri sendiri atau mementingkan diri sendiri.  

Saudara, pengalaman hidup saya bercerita bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya perpecahan dalam kehidupan keluarga, gereja, lembaga, yayasan, perusahaan dan organisasi kemasyarakatan adalah sikap mementingkan diri sendiri.  Mementingkan diri sendiri disebut pula selfish atau juga egois, yang dalam kamus  Webster  didefinisikan:  memerhatikan diri sendiri secara tidak pantas atau secara berlebih-lebihan, mendahulukan kenyamanan dan keuntungan diri sendiri tanpa memerhatikan, atau dengan mengorbankan kenyamanan dan keuntungan orang lain.

Kita perlu menyadari, ketika seseorang mementingkan dirinya sendiri, ia akan menjadikan dirinya sebagai pusat dan tidak lagi mempedulikan kepentingan dan perasaan orang lain.  Inilah yang menjadi sumber dari banyak kekacauan dan kejahatan, “Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.”  (Yakobus 3:16).

Orang yang mementingkan diri sendiri pasti sulit menjalin kerjasama dengan orang lain sebagai anggota tim di dalam menyelesaikan sebuah tugas.  Orang yang mementingkan diri sendiri juga cenderung mudah marah, tersinggung serta tidak bisa menguasai diri.  “Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan.”  (Mazmur 37:8). 

Orang yang egois memiliki kecenderungan menghakimi dan mencela orang lain karena menganggap diri sendiri paling benar dan tidak pernah salah.  Rasul Paulus mengingatkan,  “Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain.”  (Galatia 6:4).  Sebagai orang percaya kita harus membuang jauh sifat mementingkan diri sendiri agar kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain.

Dalam segala perkara marilah senantiasa meneladani Kristus,  “…Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,…dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” (Filipi 2:1, 3, 4).

Ingatlah! Ini dia kuncinya: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.”  (Matius 7:12). GBU & Fam. (pg).

Leave a Reply