+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

KADYA CAKRA MANGGILINGAN

KADYA CAKRA MANGGILINGAN

Sahabat, dalam pergaulan saya di tengah komunitas orang Jawa, saya seringkali mendengar ungkapan: “Kadya Cakara Manggilingan”.  Kata Kadya berasal dari bahasa Jawa yang berarti seperti. Cakra berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya sebagai cakram atau roda. Sedangkan manggilingan berasal dari bahasa Jawa dari kata dasar giling yang artinya berputar atau menggerus. Istilah kadya cakra manggilingan diartikan sebagai kehidupan ibarat roda berputar.

Intisari atau esensi dari kadya cakra manggilingan adalah waktu. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan ini sudah menjadi kodrat manusia hidup di dunia, baik dari hari ke hari, bulan ke bulan, dan  tahun ke tahun. Sesungguhnya ungkapan tersebut mau mengingatkan kita bahwa siapa pun diri kita, akan mengalami pasang surut kehidupan. Roda kehidupan itu terus berputar, ada kalanya kita  di atas, dan ada kalanya kita di bawah.

Untuk lebih memahami makna topik: “KADYA CAKRA MANGGILINGAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 26:1-35. Sahabat, Ishak merupakan  satu-satunya ahli waris ikatan perjanjian Allah dengan Abraham. Ikatan perjanjian itu diteruskan kepada Yakub. Melalui Yakub lahirlah dua belas suku Israel.

Meskipun Ishak merupakan  orang yang diberkati Allah, “orang yang spesial”, satu-satunya ahli waris ikatan perjanjian Allah dengan Abraham.  namun ia juga mengalami pasang surutnya kehidupan seperti orang lain. Saat itu terjadi bencana kelaparan di beberapa wilayah, termasuk Gerar. Ishak berniat mengungsi ke tanah Mesir, tetapi Allah mencegahnya dan menyuruh Ishak menetap di Gerar sebagai orang asing.

Sahabat, meski Ishak telah mendapatkan janji Allah, ia tetap merasa takut. Bagaimana Ishak bisa hidup tenang dan aman di tanah orang asing? Karena itulah, ia merasa harus berbohong dengan mengatakan kepada orang Filistin bahwa Ribka adalah saudaranya. Ishak takut kalau orang-orang tersebut akan membunuhnya apabila ia mengatakan Ribka sebagai istrinya. Mungkin ada diantara kita yang  berpendapat bahwa jawaban Ishak cerdik, namun sesungguhnya ia hanya mau cari aman bagi dirinya sendiri.

Pada akhirnya, raja Filistin, Abimelekh, mengetahui yang sebenarnya. Ternyata reaksi Abimelekh di luar prasangka buruk Ishak. Abimelekh memberikan perintah agar siapa pun tidak boleh mengganggu keluarga Ishak. Siapa saja yang mencoba mengganggu akan dikenakan hukuman mati.

Sahabat, Allah dapat memakai siapa pun untuk memelihara dan memberkati umat-Nya, termasuk pihak yang kita anggap sebagai musuh. Karena itu, di tengah pasang surutnya kehidupan, sepatutnya kita perlu belajar memercayai pemeliharaan Allah atas hidup kita.

Dalam pemeliharaan-Nya, segala kekhawatiran dan ketakutan bisa kita transformasikan menjadi berkat. Mungkin saja kita dapat dipakai Allah untuk menjadi jalan berkat yang mendatangkan kebaikan dalam kehidupan sesama. Belajarlah dari Ishak, di tengah surutnya kehidupan, dia tetap menabur, dengan jalan itu dia dapat menuai seratus kali lipat.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari bacaan kita pada hari ini?
  2. Teladan apa yang Sahabat peroleh dari Ishak dari ayat 1-6?
  3. Nilai hidup apa yang Sahabat peroleh dari tindakan Ishak di ayat 12-13?

Selamat sejenak merenung. Tanamkan dalam-dalam di hati kita: Milikilah ketaatan, jangan berhenti menabur, niscaya berkat-Nya dicurahkan atas kehidupan kita. (pg)

Leave a Reply