+62 24 8312162

Hot Line Number

+62 24 8446048

Fax

Jl. Sompok Lama no. 62c Semarang

Kantor Pusat

KEJUJURAN itu Beda dengan KETERBUKAAN

KEJUJURAN itu Beda dengan KETERBUKAAN

Barangkali isu yang paling tua  dalam kehidupan orang-orang yang pengin masuk bilangan sebagai makhluk saleh,  adalah tentang kejujuran. Bagaimana mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pagi-pagi, Guru kehidupan mengajarkan, “Hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati!” mengisyaratkan bahwa semua keputusan  dalam kehidupan (tentu termasuk keputusan etis)  yang mengait perihal ini tidak mudah.

Bahkan masih banyak pula orang yang mengalami kekacauan pemahaman antara kejujuran dan keterbukaan.

*

Kejujuran itu beda dengan keterbukaan.

Kejujuran itu berpijak pada kebenaran yang diucapkan oleh seseorang.  Sedangkan keterbukaan mengait keutuhan kisah (baik  peristiwa yang terjadi maupun suasana hati dan pikiran) yang disampaikan.

Kejujuran yang disampaikan secara parsial hanya melahirkan kebenaran yang separuh. Contoh: Seorang istri menyampaikan secara jujur kepada suaminya bahwa dia  positif hamil. Tapi dia tidak menceritakan bahwa benih di rahimnya bukan berasal dari suaminya.

Kejujuran parsial melahirkan kebenaran yang separuh.

Dan kebenaran separuh  adalah  sama saja dengan dusta.

*

Kejujuran itu beda dengan keterbukaan.

Ucapan kejujuran  muncul  setelah ada pertanyaan.

Misal ditanya,  “Apakah hari ini kamu sudah sarapan?”

Dijawab, “Belum!”

Keterbukaan tak harus menanti  pertanyaan.

Dia akan keluar tanpa ditanya.

Contoh: Seorang perempuan yang telah berpacaran 3 tahun, suatu sore menyampaikan isi hatinya kepada kekasihnya. “ Mas, aku mau cerita sesuatu yang penting . Bahwa sebelum aku mengenalmu, aku  pernah berpacaran dengan orang lain. Dan mohon maaf sekali, dalam pacaran tersebut kami telah melakukan perbuatan yang seharusnya tak boleh kami lakukan dalam berpacaran. Saya menyerahkan keputusan Mas selanjutnya, bebas… hubungan kita mau dilanjutkan atau tidak, terserah Mas!”

*

Kejujuran itu beda dengan keterbukaan.

Karena kejujuran  diberlakukan kepada semua orang  dalam berelasi.

Keterbukaan tak bisa disampaikan kepada semua orang.

*

Kejujuran itu mengait karakter.

Keterbukaan  membutuhkan  hikmat.

Tepat orangkah?

Tepat saatnya kah?

Keterbukaan yang diucapkan tepat waktu bagaikan buah apel emas di pinggan perak.

Yesus pun di awal masa pelayanan-Nya di dunia, pernah beberapa kali melarang orang-orang menceritakan perbuatan-Nya.

Ini menunjukkan bahwa tak semua keterbukaan bisa diungkap di sembarang waktu.

Tak semua orang pula siap menerima keterbukaan.

*

Kejujuran memang kemutlakan, tapi harus diiringi kecerdikan.

Keterbukaan lebih membutuhkan persiapan daripada sebuah kejujuran.

*

Banyak orang yang jujur kepada pasangannya.

Tapi tak mau atau tak bisa  terbuka kepadanya.

Soal begini,  pisau benar salah tak dapat dipergunakan.

Karena beda pasangan, beda pula pemetaan.

*

Oh betapa indahnya bila kita bisa jujur kepada semua orang.

Oh betapa nyamannya  jika kita bisa terbuka kepada orang-orang yang sepatutnya kita terbuka.

Kesalahan yang kerap terjadi,

kita terbuka justru kepada orang yang tidak tepat.

*

Nyatalah,

bahwa  kejujuran itu beda dengan keterbukaan.

Semarang, 1 September 2020

Setio Boedi

Leave a Reply